Tetaplah Berharap Pada Allah

Tetaplah Berharap Pada Allah
(Tafsiran Mikha 7:7-13)

Andaikata kita berada dalam satu lingkungan yang sarat dengan kekerasan, anak tidak menghargai orang tua, orang tua telantarkan anak, maraknya judi, miras, narkoba pencurian, pelecehan seksual, penyebaran berita bohong atau gosip/hoaks, yang kuat tindas yang lemah, atau yang kaya tindas yang miskin, dst.
Dalam situasi hidup seperti ini apakah yang dapat kita lakukan? Apakah kita akan hidup nyaman dan pasrah menerima kondisi hidup yang penuh dengan kekerasan dan ketidakadilan itu? Ataukah kita akan berusaha keluar dari lingkaran hidup yang demikian?
Tentunya setiap kita mempunyai cara tersendiri untuk keluar dari berbagai persoalan yang menghimpit diri kita. Ada yang mengandalkan uang, jabatan, dan koneksi. Kalau ada uang, jabatan, dan koneksi pasti semua urusan beres, atau semua masalah selesai. Adapula yang mengandalkan fisik, khususnya bagi anak-anak muda lebih suka menyelesaikan masalah dengan kekerasan. Mereka beradu fisik untuk melihat siapa yang lebih kuat. Bahkan ada yang menyebarkan berita bohong untuk menjatuhkan orang lain.
 Tetapi bagi Nabi Mikha berbeda lagi. Mikha ketika berhadapan dengan ketidakadilan sosial, perampasan hak hidup orang lain, penipuan bahkan praktek agama yang tidak benar. Mikha lebih memilih percaya pada Allah dan janji-janjiNya. Mikha sadar bahwa di tengah-tengah masyarakat yang sakit secara moral dan iman yang lemah, Allah akan menopang dirinya, untuk melaksanakan hukuman atas semua kejahatan dan menjadikan keadilan Allah berkuasa.
Di satu sisi Mikha sebagai umat Allah dan hamba Allah yang hidup dalam masyarakat yang moralnya buruk sebenarnya dapat memilih mengikuti pola pikir dan cara hidup orang-orang di sekelilingnya.
Ia dapat menjadikan kehidupan masyarakat pada zaman itu sebagai standar bagi kehidupannya. Sehingga ia menjadi sama dengan mereka dan tidak dipandang aneh. Namun, pilihan Mikha adalah tetap mengandalkan Allah dan berharap pada Allah. Dari pilihan yang dilakukan Mikha, ia meletakkan pengharapanya hanya kepada Allah bukan pada situasi yang berubah, situasi yang menghimpit dirinya.
Mikha berharap pada apa yang dilakukan Allah bukan pada apa yang dilakukan oleh masyarakat disekitarnya. Dari sini kita menemukan bahwa "Berharap" adalah kata kunci dalam Perjanjian Lama yang menandakan kerelaan untuk menunggu dan memiliki keyakinan yang teguh akan kebaikan yang telah Allah sediakan di masa mendatang.
Belajar dari Mikha apa maknanya bagi kita? Sudah pasti nilai yang dapat diambil dari tindakan Mikha adalah: 
(1). Janganlah berfokus pada situasi hidup atau masalah yang sedang dihadapi tetapi berfokuslah pada Allah yang akan memberikan jalan keluar bagi kita. Itu berarti apapun persoalan kita, baik pribadi, keluarga, gereja, dan masyarakat, tetaplah jadikan Allah sebagai tempat di mana kita memperoleh solusi untuk mengatasi setiap persoalan.
(2). Jadikanlah hidup kita sebagai teladan. Orang mampu memberikan teladan atau menjadikan hidupnya sebagai pola anutan yang baik adalah orang yang memiliki prinsip hidup yang kuat dan tidak mudah dipengaruhi oleh lingkungan.
(3). Tetap berharap dan percaya pada janji Allah. Orang yang berharap dan percaya pada janji Allah adalah orang yang memiliki kerendahan hati dan kerelaan untuk menanti jawaban Allah atas hidupnya. Orang yang tidak menyerah pada situasi dan tetap menjadikan kebaikan-kebaikan Allah yang pernah dialami di masa lampau sebagai dasar yang kuat untuk tetap berharap pada kebaikan Allah di masa yang akan datang. Jadi sesulit apapun hidup ini, selalu ada cara Tuhan untuk memelihara umatNya.
Semoga dari ketiga hal ini dapat memampukan kita, untuk terus mengevaluasi dan membaharui diri ke arah yang lebih baik dari waktu ke waktu. Sehingga kita tidak dapat dipengaruhi oleh situasi tetapi kita dimampukan untuk melakukan perubahan sesuai dengan kehendak Allah.

Komentar

Postingan Populer