MASALAH ITU SENI
Masalah itu seni
Di
mana-mana orang berbicara tentang “masalah” bahkan pembicaraan ini bukanlah hal
yang baru. Semenjak zaman dahulu kala sampai sekarang ini, tentu semua orang
memiliki keluhan tentang masalah,
baik kecil, besar, tua maupun muda. Namun, tahukah kita, mengapa di sebut
masalah? Tentu kita semua memiliki jawaban yang berbeda-beda. Tergantung pokok
persoalannya. Tetapi, dugaanku pasti ada yang menjawab atau bahkan memberikan
jawaban yang sama yaitu “masalah” dapat diartikan sebagai keadaan yang tidak
sesuai dengan keinginan kita atau keadaan yang sama sekali tidak diingikan oleh
setiap orang.
Untuk
melanjutkan tulisan ini, saya meminjam ucapan yang disampaikan oleh salah
seorang dosen saya ketika berkhotbah pada saat ibadah minggu. Menurutnya,
“masalah dalam kehidupan tidak dapat dihilangkan tetapi dapat dihindari dengan
cara Allah memberikan kearifan/akal untuk dapat berpikir dari setiap
pengalaman, baik dari dalam maupun dari luar”. Dalam kehidupan sehari-hari,
tentu ada yang mengalami masalah karena sikap yang tidak hati-hati. Artinya, masalah
timbul karena ulahnya sendiri maupun masalah yang dialami oleh seseorang karena
tindakan orang lain.
Lalu
bagaimana masalah itu dapat di sebut sebagai “seni”. Bertolak dari kata seni di
dalam kamus bahasa Indonesia memiliki arti yaitu keahlian membuat karya yang
bermutu. Menyimak pengertian ini tentu sangat bertolak belakang dengan kata
“masalah” karena itu bagaimana caranya memahami
judul dari tulisan ini? Yang pasti tulisan ini tidak bermaksud untuk
memudahkan setiap masalah yang kita hadapi. Namun, setidaknya tulisan ini
berupaya untuk melihat masalah dari
sisi positif.
Agar
kita tidak tersesat, sangatlah penting untuk melihat asal kata “masalah” secara
etimologi. Kalau di dalam teologi pastoral, sesuatu dikatakan ‘masalah’ maka
dapat dipikirkan pasti ada ‘jalan’ atau dapat diselesaikan. ‘Jalan’ sangatlah
berhubungan dengan hidup.
Kembali
lagi ke etimologi dari kata masalah. Kalau di dalam kamus bahasa Indonesia
masalah sama artinya dengan persoalan. Jika, dialih-bahasakan ke bahasa Inggris
di sebut sebagi “problem”. Sedangkan kata problem di dalam bahasa Yunani di
sebut pro-balleim yang terdiri dari dua suku kata yaitu pro dan balleim. Pro
artinya maju dan balleim artinya melompat =
mengendarai/melempar.
Dari
sini dapat dipahami bahwa, jika dikataan maju berarti ada langka ‘keluar’.
Sedangkan, menggendarai berarti butuh
penguasaan maupun keahlian. Dengan kata lain, sikap yang dapat mengusai sesuatu
yang dihadapi. Sedangkan melempar
berarti sesuatu yang dihadapi itu dapat diangkat.
Itu
berarti masalah secara etimologi dari bahasa Yunani (proballeim) memiliki
pengertian adanya upaya untuk menguasai setiap keadaan yang tidak diinginkan
dan berusaha untuk mencari jalan keluar. Artinya, kita berusaha untuk mengusai
masalah bukan sebaliknya masalah yang menguasai kita. Ibarat orang mengendarai
mobil, sebelum menjadi mahir tentunya ada dalam proses-proses latihan dan
berusaha untuk menguasa setiap peraturan lalu lintas.
Hal
ini bertujuan, agar tidak terjadi pelanggaran ketika mengendarai mobil. Namun,
terkadang usaha ini menjadi kebalikan dari situasi yang sebenarnya. Sehingga
kata yang di dengar adalah orang tidak mengendarai mobil tetapi mobil yang
mengendarainya. Sehingga terjadilah kecelakaan yang berujung pada kematian.
Apakah
demikian sikap manusia dalam menghadapi setiap masalah dalam hidupnya? Pasti
ada yang menjawab ya! Dan ada yang menjawab tidak!
Setiap
jawaban yang disampaikan, sangatlah berhubungan dengan kemampuan setiap orang
dalam menghadapi masalah. Sebab ada yang melihat masalah dari sisi negatif dan
bersikap pesimis. Adapula yang melihat masalah dari sisi positif dan bersikap
optimis. Pada kedua sisi ini dibutuhkan “kemampuan mengelola” yang disebut
sebagai seni. Cara untuk mengubah sesuatu yang tidak diharapkan atau tidak
dinginkan menjadi sangat dibutuhkan. Misalkan, ‘batu’ bila dipandang sejenak
hanya sebatas benda mati yang tidak memiliki arti apa-apa. Jika, batu itu
dipakai untuk melempar orang lain tentu adakan melukai bahkan membunuh.
Selanjutnya, jika batu itu diangkat dan disusun bahkan dikombinasikan dengan
benda-benda yang lain tentu akan menjadi sebuah bangunan yang indah bahkan
dapat melindungi.
Dengan
demikian, jika setiap masalah yang kita hadapi, kita mampu mengelolanya pada
tempat atau porsi yang tepat. Maka akan menghasilkan kehidupan yang lebih baik
bahkan lebih bermakna. Karena itu bersyukurlah ketika ada masalah bukanlah
berarti tidak ada masalah lalu mencari-cari masalah.
Selanjutnya
ada yang mengatakan hidup itu adalah masalah. Tidak ada orang yang hidup tanpa
masalah, jika seseorang yang mengatakan, ia tidak pernah mengalami masalah,
maka sejujurnya itu juga adalah masalah. Masalah sangatlah berhubungan dengan
kejiwaan.
Namun
yang dimaksudkan dengan bersyukur karena adanya masalah adalah dapat menjadikan
pribadi setiap orang bertambah dewasa maupun memiliki hubungan yang intens
dengan Allah sangat pemberi kekuatan. Lebih sederhana lagi yaitu selagi masih
ada pergantian hari atau selagi mentari masih memancar sinarnya berarti masih
ada kesempatan.
Akhirnya,
sebelum saya mengakhiri tulisan ini ada sebuah ungkapan sederhana yang berbunyi
begini; “Pada saat kita mampu menemukan makna hidup dari setiap proses. Maka
itu sebagai tanda bahwa kita berada pada tahap penyadaran diri dalam relasi
dengan Allah”
Selamat
mengelola masalah !!!
Komentar
Posting Komentar