Kristus Sungguh Bangkit, Jadilah Saksi-Nya (Matius 28:1-15)

Kristus Sungguh Bangkit, Jadilah Saksi-Nya
(Matius 28:1-15)

Rumusan ini merupakan tema Paskah yang dikeluarkan oleh Lembaga Pembinaan Jemaat Gereja Protestan Maluku sebagai pedoman bagi jemaat-jemaat dalam perayaan Paskah. Tema ini menjadi sebuah pernyataan iman tentang makna kebangkitan Yesus. Sebagai orang percaya mengakui bahwa kebangkitan Yesus menunjukkan otoritasNya sebagai Anak Allah. Kebangkitan Yesus juga memberi kekuatan kepada kita untuk menjadi seorang murid dan Allah menggenapi janjiNya untuk terus menyertai kita sebagai muridNya.
Mari kita garis bawahi kata menjadi “murid” Yesus. Saya kemudian teringat tentang sebuah ungkapan yang disampaikan dalam majalah inspirasi oleh Bapak Pdt. J. Manuputty. Menurut beliau; “Menjadi Kristen adalah pilihan historis. Menjadi pengikut Yesus adalah pilihan iman dan mengaku diri sebagai pengikut Yesus berarti melakukan yang Yesus lakukan.” Ungkapan ini tentu menjadi bahan perenungan bagi kita yang mengakui diri sebagai orang-orang Kristen.  Sebab pada kenyataannya, menjadi Kristen hanya berada pada pilihan-pilihan historis semata. Orang menjadi Kristen karena keluarganya Kristen. Sementara memilih untuk menjadi pengikut Kristus merupakan pilihan iman dari setiap orang yang berada dalam keluarga tersebut. Masing-masing kita memiliki pilihan untuk mengikuti keteladanan Yesus.
Misalnya, kita sebagai mahasiswa atau orang-orang muda apa yang kita maknai tentang keteladanan Yesus dalam peristiwa kebangkitan? Atau bagaimana kita menjadi saksi bagi orang lain tentang keteladanan Yesus? Secara sederhana dapat kita tunjukkan melalui proses studi kita di kampus. Begitupula dalam proses berorganisasi. Dalam kaitannya dengan cara berorganisasi di kampus baik intra maupun ekstra dapat pula kita belajar dari cara Yesus melakukan pengorganisasian. Kita bisa lihat tentang cara Yesus mengumpulkan para murid dari latar belakang kehidupan yang berbeda-beda. Tujuan Yesus melakukan pengorganisasian adalah memberitakan kabar baik dan pemerintahan Allah. Untuk mencapai tujuan tersebut maka cara yang dilakukan Yesus adalah penanaman nilai, misalnya keprihatinan terhadap rakyat kecil, tidak mementingkan diri sendiri dan melayani orang lain.
Selanjutnya dalam proses pengorganisasian Yesus tidak hanya menekankan status atau posisi tetapi juga potensi dan kemampuan melaksanakan peran-peran pelayanan dan memampukan orang lain. Belajar dari cara Yesus melakukan pengorganisasian, apa maknanya bagi kita selaku organisasi mahasiswa? Khususnya organisasi kristen yang memiliki semboyan; ‘Ut Omnes Unum Sint’. Artinya, ‘supaya mereka menjadi satu.’ Semboyan inilah yang menjadi semangat pergerakan organisasi ini.
Pertanyaannya, sudahkah kita menjadi satu? ‘Satu’ bukan secara jasmani atau tubuh, kita datang dan duduk bersama. Melainkan satu dalam arti untuk mencapai semangat organisasi yang diterapkan oleh para pendiri organisasi ini. Dengan kata lain, kita bersatu untuk menerapkan cara hidup Yesus. Saksi yang dalam arti harafia berarti orang yang melihat, merasakan dan mengetahui tentang sebuah peristiwa secara benar. Itu berarti kita sebagai orang-orang Kristen yang dalam pilihan iman menjadi pengikut Yesus mengetahui dengan benar tentang cara hidup Yesus.
Dengan demikian sebagai pengikut-pengikut Yesus kita tidak bisa hanya menikmati keselamatan yang telah dikerjakan oleh Allah melainkan tanggungjawab kita adalah menjadi saksiNya. Menjadi saksi bukan hanya sebatas kata-kata tetapi harus diwujudkan melalui tindakan. Hal ini dapat kita lakukan mulai dari diri sendiri, orang-orang yang paling dekat dengan kita, seperti keluarga, sahabat, pacar bahkan siapapun yang bersentuhan langsung dengan kita.


Komentar

Postingan Populer