Uang dan Kekayaan
Uang dan
Kekayaan
Uang dan
Kekayaan adalah dua hal yang menarik. Keduanya bisa menjadi sumber kebahagiaan
dan juga kehancuran. Menjadi sumber kebahagiaan apabila dikelola dengan baik. Sebaliknya
menjadi sumber kehancuran apabila salah mengelolanya.
Ada sebuah istilah
yang lazim di dengar, saat tidak ada uang orang berpikir hari ini makan apa? Ketika
sudah ada uang orang mulai berpikir besok makan di mana? Kalau sudah banyak
uang orang mulai berpikir, lusa makan siapa? Itulah gaya hidup orang sekarang
ini. Di mana-mana orang mulai memamerkan kekayaan demi sebuah status. Bahkan saling
memperebutkan kekayaan. Siapa yang harus menaklukan siapa? Akhirnya hidup
saudara bersaudara menjadi hancur. Hidup saling mencurigai satu sama yang
lainpun muncul. Orang menjadi tidak nyaman ketika membangun relasi dengan orang
lain. Hal ini memberi gambaran sebagai cara hidup yang selalu menjadikan uang
dan kekayaan adalah segala-galanya.
Orang yang
mencintai uang dan kekayaan tidak akan pernah puas. Kecenderungannya selalu individualistis.
Kata yang perlu digarisbawahi adalah mencintai. Artinya, menjadikan uang
dan kekayaan adalah tujuan utama dalam hidup. Cara berpikir seperti inilah yang
katakan melalui Pengkhotbah 5:9-11 adalah kesia-siaan.
Ada dua
kecenderungan dari orang yang mencintai uang dan kekayaan, yaitu;
Pertama, lebih mementingan diri sendiri. Hidup berbagi
menjadi hal yang sulit dilakukan. Bagaimana mungkin bisa berbagi sementara
semua kebutuhan yang terdaftar belum terpenuhi.
Kedua, orang tidak pernah bersyukur dengan apa yang
dimiliki. Ada salah seorang terkaya di dunia mengatakan pendapatnya tentang
‘cukup’. Ungkapannya yaitu “cukup bagi
saya adalah memiliki sedikit lebih dari apa yang dimiliki sekarang”. Ungkapan
ini mengisyaratkan tentang cara hidup sederhana yang harus dimiliki oleh setiap
orang. Bukan berarti orang tidak boleh kaya atau kekayaan merupakan hal yang
dilarang.
Mengapa cara
hidup sederhana yang harus dipegang oleh setiap orang? Terkhususnya orang-orang
yang dikategorikan memiliki uang dan kekayaan yang melimpah. Tujuannya adalah
tidak berlaku sewenang-wenang terhadap sesama yang menderita. Terkadang orang-orang ini menjadikan sesama
yang menderita sebagai objek pelampiasan keinginan mereka. Sesama yang
menderita dibuat tidak berdaya bahkan hak-hak mereka dirampas. Tenaga mereka
diperas habis-habisan yang penting keinginan tercapai.
Hal lain
yang menjadi tujuan dari hidup sederhana adalah tidak menghambur-hamburkan
uang. Istilah yang lebih keren adalah hedonisme. Gaya hidup yang mendorong
seseorang untuk bertidak di luar kemampuannya. Akhirnya melakukan berbagai
penyimpangan demi mencapai tujuan utamanya, yaitu uang dan kekayaan.
Satu hal
yang perlu diingat selalu adalah memiliki uang dan kekayaan merupakan hak semua
orang dan benar adanya. Keduanya merupakan simbol dari kesuksesan seseorang. Selanjutnya,
uang dan kekayaan merupakan bonus bagi orang-orang yang telah bekerja keras. Namun,
yang perlu diingat adalah uang dan kekayaan bukan menjadi tujuan utama
melainkan sebagai sarana untuk dapat menikmati berkat yang telah disediakan
Allah. Bahkan lebih daripada itu untuk memuliakan Allah dalam hidup ini.
Karena itu marilah
kita renungkan bersama semua karunia Allah termasuk uang dan kekayaan. Keduanya
perlu dipakai dalam sikap dan cara yang menomorsatukan atau mengutamakan Allah.
Komentar
Posting Komentar