PENGUATAN PERAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN ANAK

PENGUATAN PERAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN ANAK
Pendidikan sebagai media untuk mempersiapkan generasi penerus bangsa sebagai sumber daya manusia yang trampil, cerdas dan kompetitif. Sehingga dapat bersaing baik secara lokal, nasional maupun global. Itu berarti, tanggung jawab pendidikan bukan hanya dilimpahkan kepada lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan secara formal melainkan membutuhkan keterlibatan semua pihak, baik pemerintah, swasta, lembaga-lembaga keagamaan, lembaga sosial kemasyarakatan bahkan keluarga. Keluarga sebagai lembaga sosial kemasyarakatan yang terkecil juga memiliki peran yang sangat penting terhadap pendidikan anak.
Keterlibatan keluarga, dalam hal ini orang tua terhadap pendidikan anak merupakan sebuah upaya untuk mencapai suatu kondisi di mana setiap anggota kelurga menemukan makna keluarga sebagai basis pembelajaran bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Artinya, keluarga sebagai pusat pendidikan, pembelajaran sekaligus pertumbuhan nilai bagi setiap generasi.
Pertanyaan sederhana, dapatkah semua keluarga memahami tugas dan perannya? Ataukah hanya dipahami oleh sebagian kecil keluarga saja? Tentu hal ini menjadi persoalan yang sangat signifikan. Ketika setiap keluarga diperhadapkan dengan berbagai persoalan baik secara intenal maupun eksternal. Secara kasat mata, persoalan keluarga yang marak diberitakan oleh media cetak maupun elektonik adalah kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual terhadap perempuan dan anak, perselingkuhan, perceraian, perkawinan usia muda, keterlibatan anak pada penggunaan narkoba dan seks bebas. Selain itu pula akses informasi secara online maupun offline dapat diperoleh tanpa batas, seperti beredarnya video porno bahkan tawaran-tawaran hidup yang serba instan.
Maraknya persoalan-persoalan tersebut, secara perlahan membuat nilai-nilai keutuhan di dalam keluarga semakin bergeser. Nilai-nilai kehidupan yang menumbuhkan martabat dan karakter manusia rupanya telah berada diambang batas. Khususnya bagi anak sebagai generasi penerus, persoalan tersebut berdampak terhadap pengasingan di dalam masyarakat bahkan penerimaan komunitas terhadap standar yang rendah bagi perilaku. Situasi ini berakibat terhadap aksi-aksi kekerasan bahkan sikap antisosial.
Jika persoalan ini ditelaah lebih dalam atau dianalisa tentu dengan menggunakan alat analisa, tentu akan memberikan gambaran terhadap upaya penangganan. Salah satu alat analisa yang gunakan, yaitu analisa Pohon Masalah. Alat analisa ini memberikan gambaran terhadap hubungan sebab – akibat dari sebuah persoalan. Itu berarti, ketika mendudukkan topik bahasan; “Penguatan Peran Keluarga dalam Pendidikan Anak” ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1.     Kesadaran Orang Tua terhadap Pentingnya Pendidikan Anak
Berbicara tentang kesadaran orang tua terhadap pentingnya pendidikan, berkaitan langsung dengan pemahaman orang tua. Pemahaman yang dimaksudkan, yaitu pengalaman orang tua ketika diasuh pada masa kanak-kanak maupun konsep orang tua dalam mendidik, mengasuh dan membimbing anak. Pengalaman orang tua ketika diasuh pada masa kanak-kanak sering diadopsi oleh sebagian orang tua ketika mendidik anak-anaknya. Padahal, ketika dilihat pola asuh dimasa lampau sudah tidak relevan lagi sesuai perkembangan zaman. Pengalaman inilah yang secara tidak langsung membentuk konsep pikir dari setiap orang tua. Artinya, sesuatu yang dialami di masa lampau turut mempengaruhi cara berpikir dan bertindak di masa kini bahkan di masa yang akan datang. Sehingga sangat penting untuk melihat dan menganalisa pengalaman orang tua ketika diasuh di masa lampau sebagai sebuah upaya untuk menumbuhkan kesadaran orang tua terhadap pentingnya pendidikan anak.
2.     Kreativitas Orang Tua dalam Menerapkan Pola Asuh Anak
Kreativitas yang dimaksudkan adalah kemampuan orang tua untuk memahami sikap dari masing-masing anak. Pada dasarnya setiap anak memiliki ciri-ciri yang berbeda. Sehingga sebagai orang tua tidak bisa menerapkan pola asuhan yang sama kepada setiap anak. Komponen penting dalam pengasuhan anak adalah akal sehat, kasih sayang dan perawatan yang lemah lembut. Pola asuhan sebenarnya merupakan upaya dalam mengajak anak untuk melihat apa yang tidak dilihat dan melakukan apa yang telah dilihat. Artinya, secara sederhana, proses awal pengenalan anak terhadap hal-hal yang baik maupun yang buruk dimulai dari keluarga. Anak-anak yang berada dalam proses pertumbuhan mesti diberikan kebebasan untuk mengeluarkan potensi yang dimiliki tanpa upaya dikte dari orang tua. Namun, sebagai orang tua dapat memberikan arahan dan apresiasi kepada setiap anak.
3.     Keteladanan Orang Tua
Orang tua merupakan cermin bagi setiap anak. Istilah cermin memberikan gambaran bahwa ada sesuatu yang dilihat dan dibenahi untuk menjadi lebih baik. Ungkapan ini  sebagai analogi tanggungjawab orang tua dalam memberikan teladan bagi anak. Anak akan selalu meniru perbuatan, kelakuan dan sifat orang tuanya. Apapun yang dilakukan oleh orang tua baik secara sengaja maupun tidak sengaja telah direkam langsung oleh anak. Keteladanan yang diberikan orang tua merupakan sebuah bekal bagi anak ketika beranjak dewasa. Ada sebuah nilai yang dipegang oleh anak ketika bersosialisasi dengan lingkungan di mana ia berada. Nilai-nilai tersebut diantaranya, kepercayaan diri, kejujuran, kebersihan, kepedulian, keramahan, menghargai, bertanggung jawab, keadilan, disiplin diri, dll. Hal-hal inilah merupakan upaya internalisasi nilai hidup yang disebut sebagai pendidikan karakter. Jadi, karakter mesti dibangun dan dikembangkan secara sadar melalui proses yang matang dan tidak instan. Di sinilah keluarga sebagai dasar awal pembentukan karakter anak.
4.     Kerjasama Lintas Stakeholders
Hal ini memiliki tujuan bahwa, ketika anak melakukan sosialisasi tidak hanya di dalam keluarga melainkan juga akan berhubungan langsung dengan lingkungan sekitar. Ketika tanggung jawab pembinaan terhadap anak dalam keluarga telah dilaksanakan secara maksimal, pertanyaannya bagaimana dengan lingkungan sekitar? Tentu lingkungan juga turut mempengaruhi pola perilaku anak. Sehingga kerjasama menjadi hal yang sangat penting. Kerjasama dilakukan agar semua pihak terlibat aktif dalam pembentukan pola perilaku anak. Misalnya, bekerjasama dengan lembaga adat dan lembaga keagamaan. Kedua lembaga ini memiliki peranan yang cukup besar, selain lembaga pemerintahan (mis. Dinas Pendidikan), Swasta, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Mengapa, kedua lembaga ini menjadi sorotan utama? Sebab, pada wilayah-wilayah tertentu adat memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Ada saat di mana pembinaan tidak bisa di lakukan dalam kehidupan keluarga, dari sinilah lembaga adat memainkan peranannya. Begitu pula dengan lembaga keagamaan. Selain itu pula, ada tradisi-tradisi berbasis kearifan lokal yang memperkuat aspek-aspek kebersamaan dan saling peduli. Kearifan lokal tersebut, mungkin saja telah bergeser bahkan hilang dalam kehidupan masyarakat mesti dihidupkan kembali. Upaya ini dilakukan sebagai bentuk untuk memperkuat penguatan nilai-nilai keutuhan keluarga.

Dengan demikian keempat hal tersebut memiliki keterkaitan yang tidak bisa dilepas-pisahkan untuk penguatan peran keluarga dalam pendidikan anak. Maka langkah-langkah yang harus dilakukan, yaitu; pertama, melakukan diskusi terfokus bersama orang tua. Kedua, melakukan penelitian dan pengkajian terhadap bentuk-bentuk tradisi lokal dalam pembinaan keutuhan keluarga. Ketiga, diskusi dan membangun kesepakatan bersama (kepala desa dan tokoh keagamaan) untuk penguatan nilai keutuhan keluarga. Keempat, Menyusun modul pembinaan keluarga dalam pendidikan anak.

Komentar

Postingan Populer