Sepenggal Cerita tentang Pulauku
Momen pulang kampung merupakan sesuatu yang sangat membahagiakan bagi setiap orang yg telah lama merantau. Ketika pulang kita berjumpa dengan orang-orang yang paling kita sayang. Perjumpaan tersebut membuat kita merasakan, ada sesuatu yang berbeda. Hal inilah yang aku rasakan, ketika pulang ke daerahku. Tepatnya Pulau Kisar yang berada di Kab. MBD, Propinsi Maluku.
Ada banyak hal yang telah berubah, baik dari segi pembangunan Daerah maupun kehidupan saudara bersaudara. Satu hal yang membuatku sangat kagum dengan daerahku adalah pembangunan yang begitu pesat. Pembangunan jalan, jembatan, pelabuhan, bandar udara, puskesmas, pengembangan tempat wisata, dll begitu indah. Hal ini membuatku sangat bangga dengan kinerja dari pemerintah walaupun masih banyak hal lain lagi yang perlu dibenahi. Tetapi setidaknya dengan pembangunan tersebut pemerintah telah menunjukkan komitmennya untuk terus mensejaterakan rakyat. Semoga hal ini menjadi langkah awal kemajuan daerahku.
Terlepas dari apa yang aku lihat dan rasakan ketika pulang kampung. Sebenarnya kehadiranku di sana adalah melakukan tugas pelayanan. Aku ditugaskan bersama salah seorang senior untuk memberikan sosialisasi dan integrasi PIP/RIPP di Klasis GPM Pulau-pulau Kisar pada tanggal 9-10 Juni 2016.
Kegiatan tersebut bertujuan untuk menyatukan presepsi bersama tentang arah pelayanan Gereja Protestan Maluku selama 10 tahun. Selama satu minggu kami berada di Klasis GPM Pulau-pulau Kisar. Sambil menunggu kapal untuk kembali ke Ambon, aku menyempatkan diri untuk berkunjung ke rumah-rumah kerabat. Rasanya waktu tiga hari yang tersisa bagiku sangat tidak cukup. Tetapi aku berusaha untuk memanfaatkanya semaksimal mungkin. Jangan sampai ada yang terlewatkan.
Secara perlahan-lahan satu per satu keinginanku mulai terpenuhi. Bilamana, keinginanku untuk mengelilingi setiap sudut pulauku tidak terlewatkan. Aku memulai perjalanan dari Pantai Madelahar dan Pantai Nama. Di sinilah aku mulai mengabadikan pemandangan di sekitar pantai tersebut. Ada setumpuk batu yang tersusun menyerupai piramida.
Piramida tersebut sebagai bukti sejarah dari penjajah Belanda. Beranjak dari piramida, aku berjalan menuju pelabuhan feri. Aku melihat air laut yang begitu jernih tak ada sedikit pun sampah yang terlintas. Benar-benar mengagumkan sekali.
Dari pelabuhan feri, perjalanan selanjutnya menuju pantai Kiasar. Di sini, aku berjalan menuju bukit doa yang pertama yaitu bukit doa Jemaat GPM Wonreli. Letaknya di sebelah kanan Pantai Kiasar. Setelah menikmati pemandangan di sekitar. Aku berpindah ke bukit doa yang kedua. Bukit doa ini dikelola oleh Jemaat GPM Oirata. Letaknya di sebelah kiri Pantai Kiasar.
Ketika menikmati pemandangan di sekitar bukit doa, aku berharap dapat melihat Negara Timor Leste lebih dekat. Sayangnya apa yang aku harapkan tidak sesuai kenyataannya. Maklumlah cuaca saat itu kurang bersahabat. Sekilas pandangan mata, panorama Negara tersebut tertutup awan begitu menghitam. Hujan gerimis pun mulai turun. Aku menghentikan semua keinginanku dan kembali ke rumah.
Keesokan harinya aku bersama seniorku diajak untuk mengikuti piknik bersama para pendeta se-Klasis Pulau Kisar. Piknik sebagai bentuk kebersamaan pendeta-pendeta se-Klasis Pulau Kisar untuk menjamu setiap tamu yang berkunjung di klasis tersebut. Hal ini telah menjadi tradisi bagi para pendeta se-Klasis Pulau Kisar.
Piknik tersebut dilaksanakan di Pantai Muidau - Desa Lebelau Kec. Kisar Utara. Pantai ini juga menjadi salah satu destinasi pengembangan pariwisata. Setiap sudut pantai ini, tidak aku lewatkan sedikit pun. Sampai tiba saatnya untuk kembali ke rumah. Jauh dari lubuk hatiku, aku merasa sangat bersyukur atas semua yang diberikan oleh Sang Pencipta. Aku diberikan kesempatan untuk menikmati anugerah Tuhan yang begitu indah.
Komentar
Posting Komentar