Krisis Cara Berpikir
Krisis Cara
Berpikir
“Dalam dunia yang rasional orang-orang
cenderung tidak rasional”
Ingin cepat,
tidak mau bersabar, tidak mau mengikuti proses itulah ciri orang-orang yang
berada dalam jebakan cara berpikir instan. Orang menginginkan segala sesuatu dapat
dicapai dalam sekejab. Layaknya membacakan mantra-mantra untuk menyulap hal-hal
tertentu sesuai keinginan. Kondisi ini merupakan sebuah dorongan kuat bagi
sebagian orang untuk mempertaruhkan atau mengorbankan hidupnya secara pribadi,
keluarga, sesama kerabat atau teman. Terlepas dari benar atau tidaknya
perbuatan tersebut yang terpenting keinginan itu tercapai.
Berpikir
instan sudah menjadi gaya hidup sebagian orang dewasa ini. Banyak hal yang
dapat diukur dalam kehidupan sehari-hari baik dalam perjumpaan-perjumpaan
bersama maupun melalui pemberitaan media massa. Jika seseorang ingin memiliki
harta yang banyak maka langkah yang paling praktis adalah korupsi. Jika
menginginkan jabatan atau kekuasaan maka langkah yang paling praktis adalah
kolusi. Jika menginginkan uang yang
berlipat ganda maka carilah tukang sulap atau dukun professional. Jika
menginginkan pacar yang cantik atau ganteng maka gunakanlah guna-guna. Jika
menginginkan tubuh yang ideal maka carilah ahli bedah atau dukun, dll.
Tindakan
seperti ini menjadi indikator bahwa hidup adalah sebuah proses bukanlah hal yang
penting melainkan hasil akhir yang diutamakan. Andaikan cara berpikir itu
merupakan sebuah wabah penyakit yang sementara merajai dan merasuki jiwa atau
batin setiap orang. Sadar atau tidak sadar perlahan-lahan setiap orang mulai
terinveksi virus tersebut. Sebut saja virus ini sebagai virus krisis cara
berpikir. Virus ini tidak mengenal status, golongan, berpendidikan atau tidak
berpendidikan maupun pemuka agama, dll. Semua orang sangat rentan terinveksi
virus ini ketika tidak mampu untuk membedakan mana keinginan dan kebutuhan. Orang
tidak mampu membedakan mana yang menjadi rana manusia dan mana yang menjadi
rana Allah Sang Pencipta.
Fenomena ini
menjadi tantangan bagi setiap orang di zaman sekarang. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan
secara matang sebelum bertindak. Satu pertanyaan yang sangat mengelisahkan
adalah bagaimana bertindak yang benar agar hasilnya baik? Pertanyaan ini tentu
menjadi sebuah refleksi ketika seseorang melakukan tindakan yang tidak benar
dengan alasan yang baik. Apapun alasan atau motifnya sudah pasti setiap
tindakan ada resikonya. Sebenarnya ada berbagai cara yang dapat dilakukan agar
seseorang terhindar dari praktek tindakan yang keliru. Salah satunya adalah
bersikap terbuka dan belajar dari pengalaman orang-orang yang dikategorikan
sukses. Orang-orang ini ketika berada di puncak karier barulah terlihat tetapi
terkadang orang lain melupakan setiap tingkatan yang telah dilalui. Akhirnya
timbullah sikap atau keinginan-keinginan untuk bersaing secara tidak sehat.
Berbagai jalan pintas mulai dipilih satu per satu. Memilih jalan-jalan pintas
yang berada di atas kecepatan rata-rata hingga akhirnya terperangkap dan jatuh.
Jatuh dalam
arti hidupnya berujung pada sel tahanan bahkan kematian. Ini adalah resiko yang
harus ditanggung oleh orang-orang yang keliru dalam bertindak. Itu berarti
memilih jalan pintas sama halnya dengan memperpendek masa depan. Karena
tindakan demikian hanya memberikan kesenangan semu. Sementara yang diharapkan
adalah setiap orang dapat bertahan hidup dalam situasi apapun.
Seperti ada
kata bijak yang mengatakan; ‘Jika hidup itu perjuangan maka berjuanglah’, ‘Jika
hidup itu butuh pengorbanan maka berkorbanlah’. Idealnya semua orang
menginginkan hidup yang lebih baik, sejahtera dan bahagia. Namun, untuk
mencapai hal-hal tersebut bukanlah hal yang muda. Sudah pasti membutuhkan waktu
bertahun-tahun untuk mencapainya. Artinya, perlu perencanaan yang matang. Orang
tidak hanya berpikir yang strategis melainkan juga harus bertindak strategis.
Konsep ini merupakan akumulasi dari cara berpikir yang rasional.
Sama seperti
cerita penciptaan yang dikisahkan dalam Kejadian 1:1-31.Pada bagian kitab
tersebut memberikan gambaran tentang karya Allah Sang Pencipta yang dilakukan
secara bertahap. Setiap tahapan dari proses penciptaan memiliki makna dan
tujuan tersendiri serta memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Hasilnya
dapat diamati melalui dunia yang kelihatan misalnya ada keteraturan dan saling
ketergantungan antar makhluk.
Implikasinya
bagi setiap orang percaya adalah ketika menginginkan sesuatu yang baik di masa
depan maka lakukanlah secara bertahap. Dalam dunia rasional orang mengenalnya
dengan perencanaan strategis. Salah satu tujuannya yaitu untuk menghindari diri
dari malapetaka.
Komentar
Posting Komentar