KEJATUHAN; Cara Allah Memulihkan Umat-Nya (Refleksi; Zakharia 2:6-13)

KEJATUHAN;
Cara Allah Memulihkan Umat-Nya
(Refleksi; Zakharia 2:6-13)

Kejatuhan merupakan bagian dari realita hidup yang dapat saja dialami oleh setiap manusia. Realita ini dialami manusia sangat beragam, mulai dari kehidupan keluarga sampai pada relasi-relasi bermasyarakat. Ada yang mengalami kejatuhan hanya satu kali bahkan ada yang berulang-ulang kali. Kejatuhan yang dimaksudkan adalah cara hidup yang menyimpang dari norma-norma sosial yang berlaku. Dalam kehidupan beragama disebut sebagai kehidupan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.
Kalau berbicara tentang kehendak Allah pasti setiap orang akan bertanya seperti apa kehendak Allah dalam kehidupan manusia agar tidak mengalami kejatuhan? Atau mengapa manusia mengalami kejatuhan? Salah satu hal yang ditegaskan dalam Alkitab adalah penguasaan diri. Penguasaan diri merupakan bagian dari buah-buah roh yang terdapat dalam Galatia 5:23.
Penguasaan diri menjadi salah satu kunci agar manusia tidak mengalami kejatuhan. Kunci ini dapat dipakai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya saat bekerja di kantor seseorang diberikan kepercayaan baik sebagai atasan maupun bawahan untuk bekerja bersama-sama. Seiring  berjalannya waktu, jika sebagai atasan menyimpang dari sumpah jabatannya maka ia akan mengalami kejatuhan seperti ditangkap KPK (Komisi Penanggulangan Korupsi) karena salah mengelola keuangan. Hal yang sama juga berlaku bagi bawahan bisa saja dipanggil sebagai saksi untuk memberikan keterangan.
Ada pula yang mengalami kejatuhan saat bekerja berpisah dengan keluarga. Entah istri terhadap suami atau suami terhadap istri. Ketika seorang suami atau istri tidak mampu menguasai diri dengan mudah ia jatuh. Jatuh dengan cara hidup yang marak terjadi yaitu perselingkuhan. Ujung-ujungnya kehidupan rumah tangga hancur. Karena itu tidak heran banyak keluarga yang mengalami perceraian. Orang menjadi kehilangan makna keluarga, kehilangan pekerjaan, dll.
Hal serupa juga dialami oleh anak-anak muda. Misalnya diberikan kepercayaan untuk berkuliah. Tujuannya adalah memperluas cara berpikir secara akademis hingga memperoleh sebuah gelar. Namun dalam perjalanannya ada yang bersungguh-sungguh untuk mendapatkan gelar tersebut tetapi ada pula yang menyimpang. Kelompok orang-orang yang menyimpang itu mulai terlibat dalam pergaulan-pergaulan yang salah, seperti Miras, judi, narkoba, seks bebas akhirnya hamil tanpa ikatan pernikahan bahkan rela menghabiskan nyawanya karena putus dengan pacar.
Kondisi inilah merupakan sebagian kecil dari cara hidup yang menyimpang dari norma-norma sosial yang berlaku atau tidak sesuai dengan kehendak Allah. Hal ini memberi gambaran bahwa tidak seorang pun yang luput dari kejatuhan. Siapa pun orang itu baik pemuka agama, tokoh masyarakat atau masyarakat biasa sudah pasti pernah mengalami kejatuhan. Persoalannya terletak pada diketahui dan tidak diketahui. Jika diberikan timbangan berat atau ringan kejatuhan itu.
Kalau kejatuhan dapat saja dialami oleh setiap orang berarti menjadi perkara yang biasa. Namun, tidak berarti setiap orang bebas melakukan kesalahan atau mengalami kejatuhan. Aspek yang mau ditekankan adalah jika seseorang mengalami kejatuhan ia harus berani untuk bangkit dan menata hidupnya menjadi lebih baik. Keberanian untuk bangkit dari kejatuhan adalah orang yang mau membuka diri terhadap kebenaran dan mau belajar dari kesalahan. Hal inilah yang disebut sebagai cara hidup yang luar biasa.
Coba dibayangkan saja saat seseorang berada dalam situasi kejatuhan. Pasti hidupnya tidak tenang, ruang geraknya menjadi terbatas, di mana-mana menjadi buah bibir orang bahkan menjadi tidak berdaya. Ibarat sebuah pepatah usang yang mengatakan; ‘sudah jatuh tertimpah tangga lagi’. Kondisi ini sering membuat seseorang sulit bangkit dari kejatuhannya. Orang hidup dalam bayang-bayang ketakutan bahkan cenderung mempersalahkan diri.
Kondisi ini juga dialami oleh kaum Yehuda. Saat Tuhan murka karena kesalahan mereka, Ia mencerai-beraikan mereka ke dalam empat penjuru dunia (ayat 6). Mereka kehilangan jati diri, dipisahkan dari tanah air leluhur. Tetapi Allah tidak selamanya menghukum mereka. Dengan penuh kasih Ia juga bertindak memulihkan mereka. Ternyata pada penglihatan ketiga hendak menegaskan rencana Allah untuk menyatakan kasihNya kepada kaum Yehuda melalui pemulihan. Yerusalem yang sudah diukur akan menjadi tempat umat yang tercerai-berai itu untuk berkumpul dan menikmati kembali berkat Allah. Demi Kemulian-Nya, Ia bertindak membela umat-Nya yang telah tercerai berai dari penjajahan musuh.
Bagi Tuhan, umat yang dikasihNya bagaikan “biji mata-Nya”. Ungkapan ‘Biji Mata-Nya’ juga disebut dalam Ul. 32:10, Mazr. 17:8 yang memberikan gambaran bahwa Tuhan tidak pernah berhenti mengasihi umat-Nya. Walaupun mereka pernah melakukan kesalahan atau hidup tidak sesuai dengan kehendakNya. Sedemikian kasih-Nya sehingga siapapun yang menindas umatNya sama halnya dengan mencolek mataNya. Siapapun mereka itu tidak luput dari pembalasan Tuhan (ayat 9). Yang menarik dari pemulihan Allah tidak hanya dinikmati oleh segelitir orang tetapi dirasakan secara universal. Yerusalem yang tidak bertembok itu terbuka bagi seluruh bangsa yang mengakui Tuhan sebagai Allah mereka  dan mereka sebagai umatnya (ayat 11).
Teks ini memberikan gambaran bahwa kasih Tuhan tidak terbatas pada umat-Nya tetapi bagi semua orang yang menjadi sasaran kasih Allah. Karena itu setiap tindakan pemulihan yang dirasakan dari Allah harus diteruskan kepada orang lain. Sehingga orang lain juga merasakan kasih Allah.
Kesimpulannya, yaitu pertama; kejatuhan sebagai akibat dari cara hidup manusia yang tidak mampu menguasai diri. Kedua; kejatuhan sebagai cara Allah memulihkan kehidupan umatNya dari cara hidup yang salah.
Ketika seseorang mengalami kejatuhan harus bangkit dan berani menata hidupnya menjadi lebih baik. Dengan kata lain sadar dan berusaha. Di sinilah karya pembebasan Allah diwujudkan. Orang yang mengalami kejatuhan, hidupnya dipulihkan kembali. Saat itulah ia menunjukkan kepada semua orang bahwa Allah sangat mengasihi hidupnya dan ia memiliki tanggung jawab untuk meneruskan kasih Allah itu. Hidupnya akan menjadi teladan dan sumber inspirasi bagi orang lain.



Komentar

Postingan Populer