Bersyukur Disebut Kafir

Bersyukur Disebut Kafir

Dalam ibadah buka usbu bersama pengurus RT 002 Kelurahan Kudamati tadi pagi, ada percakapan yang menarik setelah ibadah. Bilamana ada yang membuka percakapan tentang kesaksian orang-orang yang beralih agama, yakni beralih agama ke agama yang lain dengan menjelekkan atau menghina agama sebelumnya. Keadaan ini memang secara tidak langsung dapat menciptakan kesenjangan antara agama yang satu dengan agama yang lain. Sehingga tidaklah heran, jika kata kafir pun keluar dan mengalir begitu saja bagi kelompok-kelompok tertentu. 
Namun, pada aspek lain kata kafir tidak selamanya memiliki konotasi negatif tetapi juga terdapat sisi positifnya. Terlepas dari pengertian secara harafiah atau etimologi. Kata "Kafir" yang dimaksudkan adalah "Kaya Firman."
Kaya Firman berarti kita/orang tertentu dipenuhi dengan Firman Allah, maka sudah pasti hidupnya menjadi berbeda. Hidupnya menjadi terang bagi lingkungan.
Dengan kata lain, orang tersebut terus-menerus memperjuangkan kebenaran dan keadilan untuk menolong orang-orang yang lemah dan tertindas. Karena itu, tidaklah heran, ketika memperjuangkan sesuatu yang baik demi kemaslahatan hidup orang banyak bukanlah hal mudah. Terkadang terjadi pro dan kontra, bahkan kebenaran diputar menjadi ketidakbenaran. Situasi ini memang tidak bisa dihindari dan akan selalu ada, bahwa orang yang selalu memperjuangkan kebenaran dan keadilan akan selalu dibenci dan mungkin nyawa menjadi taruhannya.
Walaupun demikian, tidaklah berarti upaya memperjuangkan kebenaran dan keadilan untuk menolong orang yang lemah dan tertindas menjadi terputus dan berhenti. Tentu sama sekali tidak. Justru perjuangan itu akan terus berlanjut dan tidak akan pernah berakhir.
Perjuangan yang dilakukan akan terus dikerjakan dan dari waktu ke waktu akan tumbuh benih-benih perjuangan yang baru. Hal inilah yang secara singkat memberi gambaran tentang tanda-tanda kehadiran Kerajaan Allah, yang sudah dikerjakan, sementara dikerjakan, dan dinantikan. Karena itu, orang yang menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah disebut sebagai Kafir atau Kaya Firman.
Orang yang dipenuhi Firman, segala pikiran, perkataan, dan tindakan tertuju kepada Allah yang mengutusnya, maka bersyukurlah.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tidak selamanya hal buruk atau ucapan buruk itu menjadi buruk. Sebaliknya, terkadang hal buruk dipakai untuk membungkusi hal baik. Seperti pepatah yang mengatakan "Manis jangan cepat ditelan dan pahit jangan cepat dibuang."
Begitulah kehidupan, sebuah perjuangan baik membutuhkan nyali yang kuat, pantang menyerah dan memerlukan waktu yang lama, serta berada pada bagian yang sangat terkebelakang setelah melewati berbagai lapisan kebohongan. Artinya, kebohongan dapat dipakai untuk membungkusi kebenaran sementara waktu tetapi tidak selamanya. Sebab Allah memiliki kedaulatan untuk menunjukkan kapan kebohongan berakhir dan kebenaran ditegakkan melalui Firman-Nya yang ditunjukkan kepada setiap orang yang berkenan diutus-Nya. Dengan begitu bersyukurlah ketika kamu disebut sebagai Kafir. Alias Kaya Firman.

Komentar

Postingan Populer