KOMITMEN
Pagi itu, aku hendak pergi mengunjungi salah seorang teman di kos. Dalam perjalanan untuk menunggu mobil, tiba-tiba aku ditawarkan oleh seorang pria agar naik ojek. Pria itu memiliki wajah yang keriput dan rambutnya telah beruban. Ia memakai jeket berwarna kecoklatan ditemani motor Yamaha berwarna hitam.
Tak tanggung-tanggung, pria itu terus menawariku naik ojek dan diboncengi olehnya. Awalnya, aku menolak. Aku memilih untuk berjalan kaki hingga tiba di jalan raya dan menunggu mobil menuju terminal. Pikirku, kalau aku menggunakan jasa ojek sampai terminal, maka sudah pasti biayanya sangat mahal. Jadi lebih baik aku berjalan kaki.
Namun, pria itu terus mendesakku dan memberikan jawaban berbeda. Ia mengatakan bahwa biaya jasa ojek sampai terminal adalah Rp.3.000. Aku pun menjadi heran. Masa iya, perjalanan sejauh itu hanya dibayar sekecil itu. Tak menunggu lama aku menerima tawarannya.
Pria tersebut mengantarkanku hingga tiba di terminal. Aku sangat berterima kasih padanya. Aku tak setega itu membayar ongkos yang kecil kepadanya. Aku pun mengambil selembar uang kertas lima ribuan dan diberikan padanya. Tapi ia menolak pemberianku. Ia mengatakan padaku bahwa sebelumnya kita telah berkomitmen, jika sampai di terminal maka ongkos yang dibayar adalah Rp.3.000.
Ucapan pria paruh baya itu, membuatku berpikir panjang tentang kata "Komitmen." Ketika merujuk kepada kata "Komitmen" yang berarti kesepakatan antara dua orang atau lebih untuk mencapai sebuah tujuan. Hal ini tentunya sangat menarik, bilamana kita sering mengucapkan atau membuat komitmen untuk mencapai tujuan tertentu. Ada sebagian orang yang berhasil memegang komitmen tetapi adapula yang gagal. Katakanlah ada penyebab dibalik semua hal yang terjadi. Penyebab tersebut adalah (1). Orang mudah mengucapkan komitmen tanpa berpikir dampaknya atau konsekuensi. Misalnya pria paruh baya itu, ongkos yang ditawarkan jauh lebih murah bahkan tidak bisa membeli satu liter bensin tetapi ia tetap berpegang teguh pada ucapannya. (2). Banyak tawaran yang mengiurkan, sehingga orang melupakan komitmen dan berbalik arah. Katakanlah pria paruh baya tadi, aku memberikan uang selembar lima ribuan tetapi ia menolak. Ia tetap pada pendiriannya. Berdasarkan kedua faktor tersebut, maka hal yang paling mendasar untuk membuat sebuah komitmen adalah (1). Tetapkan tujuan yang ingin dicapai
(2). Perhatikan dampak dari tujuan yang ingin dicapai (peluang - ancaman)
(3). Milikilah pendirian yang kuat (pengetahuan)
Dengan demikian, belajar dari tindakan pria tersebut bahwa sekalipun banyak tawaran yang datang silih berganti bahkan kelihatannya membuat kita sangat terpukau, tetapi jangan pernah melupakan komitmen yang telah dibuat. Berpeganglah pada komitmen, maka kamu akan menemukan keindahan hidup hingga mencapai tujuan. Ingatlah: "Semua orang bisa mengucapkan komitmen tetapi tidak semua orang mampu mewujudkannya."
Komentar
Posting Komentar