Mati Tuhan Punya, Hidup Kita Punya

Mati Tuhan Punya, Hidup Kita Punya
Saat dalam perjalanan pulang dari kantor, saya mengikuti sebuah kendaraan umum. Tiba-tiba sampai di salah satu pangkalan ojek, ada tiga orang pemuda menghentikan mobil tersebut. Ketiga orang pemuda itu bergantung pada pintu masuk mobil sambil berteriak-teriak. Kemudian salah seorang pemuda mengeluarkan kalimat; ‘Mati Tuhan Punya, Hidup Kita Punya’. Menurutku kalimat ini sangatlah menarik. Pertanyaannya, benarkah mati Tuhan punya dan hidup kita punya?
Sebelumnya mari kita dudukan kembali konsep tentang hidup dan mati bahkan Allah sebagai Pencipta dan manusia sebagai ciptaan. Manusia sebagai ciptaan diberikan kehendak bebas untuk menjalani kehidupan di dunia. Kebebasan yang diberikan Allah bukan berarti manusia bebas melakukan apa saja yang diinginkan. Sesungguhnya kebebasan manusia adalah kebebasan yang terikat. Ibarat ikan dilaut. Jika ikan itu diambil keluar dari air laut maka ikan tersebut akan mati. Begitu pula dengan manusia yang hanya bisa hidup dalam batas-batas yang telah diberikan Allah. Misalnya manusia memilih untuk hidup di dalam laut seperti ikan. Pasti hidup manusia akan berakhir bagaikan ikan yang diangkat dari air laut.
Itu berarti manusia boleh bebas dalam memilih tetapi tidak bisa lepas dari kontrol Sang Pencipta. Allah sebagai Pencipta sudah meletakkan batas bagi manusia. Sebaliknya manusia tidak bisa mengambil alih hak Sang Pencipta. Ketika manusia berusaha melewati batas yang telah diberikan Tuhan, atau secara sadar maupun tidak sadar mengambil alih hak Sang Pencipta. Maka tindakan tersebut menjadi titik awal kehancuran hidup manusia. Hidup manusia menjadi tidak menentu. Tidak memiliki tujuan hidup yang jelas.

Seperti kata pepatah; manusia hidup tetapi sesungguhnya telah mati. Artinya mati bukan hanya berkaitan dengan ketiadaan tubuh sacara jasmani melainkan berkaitan dengan cara manusia merespon hidup yang telah diberikan Allah. Jadi sebenarnya, hidup dan mati merupakan suatu keadaan yang telah diberikan Tuhan bagi manusia. Tanggung jawab manusia adalah merawat dan memeliharanya. Manusia haruslah memilih untuk hidup sesuai batasan-batasan yang telah diberikan Tuhan. Di sisi lain kematian bukanlah hal yang menakutkan melainkan kematian merupakan sebuah peralihan kehidupan. Artinya, ada saat di mana manusia diberikan kesempatan untuk hidup melalui mandat yang telah diberikan Allah. Ketika mandatnya selesai dikerjakan maka tiba saatnya manusia mengakhir masa tugasnya dan kembali menyatu dengan Sang Pencipta, yaitu melalui kematian. Karena itu, hidup dan mati adalah milik Tuhan. Manusia hanya bisa menjalaninya saja. Status kita manusia sebagai ciptaan tidaklah sama dengan Allah sebagai Pencipta. Namun, bukan berarti semua hal yang dialami manusia baik susah maupun senang menjadi tanggung jawab Allah sebagai Pencipta melainkan manusialah yang harus bertanggungjawab atas dirinya sendiri. Manusia diberikan kemampuan oleh Allah untuk memilih dan mengatur jalan hidupnya.

Komentar

Postingan Populer